Rabu, 07 September 2016

Surat Untuk Ibu

Surat untuk Ibu

Bu, entah mengapa aku menuliskan ini. Aku tahu ibu mungkin tak akan pernah membacanya. Kalaupun ibu membacanya, aku tak yakin ibu akan bisa memahaminya. Entahlah, aku ingin saja. Ada desakan dari dalam. Keinginan, itu saja. Bukankah sesuatu kita lakukan tak perlu selalu ada penjelasannya. Iya kan Bu?

Bu, saat ini aku terpuruk. Aku merasa bersalah sekali, berdosa. Merasa bukanlah apa-apa, atau siapa-siapa. Aku remuk Bu. Dan entahlah, mengapa di saat seperti itu aku akan selalu ingat kau Bu. Aku rindu kau. Selalu saja, selalu begitu. Selalu jika aku ingat kau, aku tak kuasa untuk tidak menangis Bu. Sampai saat ini aku belum bisa memberi sesuatu untuk Ibu, aku belum bisa menjadi sesuatu (meski kau tak pernah minta sesuatu dariku bu).

Bu, waktu semakin berjalan ya. Entah sudah berapa umur Ibu. Kau dulu cuma bilang kalau kau lahir di tahun 1955, itupun kau ragu. Itu berarti 53 tahun yang lalu . Ah Ibu semakin menua, tapi Ibu tak pernah mau berhenti menjadi Ibu. Menjadi Ibu adalah karunia terbesar yang diberikan Allah , mungkin itu pikiranmu bu. Kami kini semua beranjak dewasa bu. Dan bungsumu, aku, telah menginjak semester kedelapan perkuliahannya. Do’akan ya bu, do’akan ini semester terakhir bungsumu ini. Do’akan semoga dengan itu bungsumu ini bisa lebih bermanfaat.

Bu, aku ingin membahagiakanmu. Aku ingin kau tersenyum di hari wisudaku, menatap bangga anakmu memakai toga kebesaran. Dan Ibu menciumku, menggumamakan sesuatu, yang pasti do’a ,yang kutahu tak pernah lupa untuk Ibu panjatkan.

Bu, aku tak ingin menangis. Tapi entah mengapa aku menangis menuliskan ini. Apakah karena aku belum bisa memberi yang terbaik buat Ibu. Bu, aku cinta Ibu, aku cinta Ibu karena Allah. Tahukah Ibu, itu kalimat siapa? Itu adalah kalimat Delisa yang ia ucapakan pada ummi dan abinya. Ah, Ibu tak akan tahu siapa delisa itu. Dia anak-anak yang masin berusia 6 tahun bu. Ia hanyalah tokoh rekaan dalam sebuah novel (Ibu tahu novel tidak?). Tapi mengapa ia terasa begitu nyata bagiku, ia terasa hidup, ia seolah anakku, seolah adikku, dan seolah diriku sendiri. Saat itu bu, aku tak kuasa untuk tak menangis saat membacanya. Aku ingat Ibu, betapa dulu aku tak terpikirkan mengucapkan kalimat seindah itu pada Ibu. Saat aku seusia Delisa.

Bu, bagaimana kabar Ibu sekarang, di saat aku jauh dari Ibu, aku justru selalu ingat Ibu. Mungkin ini semua wajar, tapi tidak bagiku, ah akan sangat sulit menjelaskannya bu.

Bu, kadang aku rindu masa kecilku. Aku rindu saat Ibu mengangkatku tinggi tiap kali Ibu selesai memandikanku. Aku rindu saat Ibu mengajakku bepergian, di sebuah angkutan umum, Ibu begitu bangganya bercerita tentang aku pada penumpang. Ya memang tiap kali di angkutan umum bersama Ibu, banyak penumpang yang sering tanya tentang aku. Aku memang mirip anak China, putih dan sipit. Tapi Ibu selalu bangga dengan itu. Ibu tak pernah berkeberatan apabila ada orang yang belum begitu Ibu kenal memegangiku.

Bu, menjadi dewasa adalah menjadi seseorang yang harus berani bertanggung jawab. Dulu sewaktu kecil aku selalu meminta pembenaran dari Ibu tiap kali melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ah masih ingatkah Ibu, dulu tiap kali aku ingin membatalkan puasa (setelah bandel di siang bolong Ramadhan bermain dan berlarian bersama teman-teman yang membuatku kehausan) aku selalu meminta pertimbangan Ibu. Lama waktu itu aku merajuk, sampai akhirnya Ibu luluh dan berkata: ya sudahlah. Aku tak pernah berani untuk sembunyi-sembunyi membatalkan puasaku, karena Ibu tak pernah mengajarkan seperti itu . Dan sekarang bu, aku harus memutuskan sendiri tindakanku. Lalu akupun harus mempertanggungjawabkan sendiri tindakanku itu. Sekarang aku harus bisa menjaga diriku sendiri bu. Berat, berat sekali bu. Aku harus bisa menopang kedua kakiku agar tidak tergelincir, menjaga mulutku agar tidak kebablasan. Menjaga semuanya bu. Aku membayangkan begitu beratnya Ibu harus menjaga kelima anak Ibu.

Bu, kemarin saat terakhir kali aku pulang, Ibu mengeluhkan kaki Ibu yang linu-linu. Sekujur kaki (entah yang kanan atau kiri, aku lupa). Ibu bilang bahwa Ibu sudah keliling ke berbagai dokter tapi belum juga ada hasilnya (sekarang sudah baikan tidak Bu?). Saat itu aku terdiam Bu, aku tak punya jawaban untuk itu, aku hanya menduga-duga apa penyebabnya itu. Ah andaikan aku dokter Bu, mungkin aku bisa menjadi lebih bermanfaat bagi Ibu kala itu, tapi aku hanyalah seorang chemical engineer, yang pekerjaannya mengotak-atik reactor, memformulasikan senyawa kimia. Tak begitu tahu masalah linu-linu.

Tapi Ibu tak pernah sedih kan. Ibu menerima semua penyakit yang diberikan Allah itu dengan (ah sekali lagi) senyuman. Bahwa itu ujian Allah. Ibu tak pernah menyerah, itu bukanlah sebuah alasan untuk Ibu menghentikan aktifitas Ibu (walaupun Ibu semakin kesulitan berjalan). Tak ada yang bisa menghentikan Ibu. Ah kemarin aku pun tak bisa menghentikan Ibu yang sampai terhuyung-huyung memanen salak sendiri di kebun belakang rumah. Kenapa? Karena kau tahu salak itulah yang biasa aku bawa balik ke Surabaya setiap kali aku pulang. Bu, aku trenyuh memandangnya kala itu, memandang langkahmu yang tidak lagi tegap karena lebih banyak bertumpu pada satu kaki.

Aku takut Bu, aku takut saat itu tak dapat kutemui. Aku takut aku belum sempat membahagiakan Ibu. Aku takut Ibu tak sempat menikmati buah dari perjuangan Ibu itu. Aku tahu bu, ketakutanku tak beralasan sekali. Karena mungkin aku bisa saja mendahului Ibu, tapi ah tetap saja Bu, ketakutan itu, ketakutan melihat kerut diwajah Ibu yang kian rata, ketakutan melihat gigi Ibu yang semakin banyak yang tanggal, dan kemarin, ketakutan melihat langkah Ibu yang semakin terhuyung-huyung digerogoti rematik. Ah aku takut Bu. Bahkan semakin takut tiap kali aku mengingat dulu tiap kali Ibu mengeluhkan kaki Ibu yang sering linu dan meminta diolesi balsem sambil dipijiti, aku melakukannya dengan malas-malasan sambil bilang : dibuat tidur juga sembuh (yang langsung kau balas: mana mungkin bisa tidur Nak kalau kaki linu begini). Padahal Bu, padahal kau dulu selalu ikhlas tiap kali mengurut kakiku yang keseleo setelah main sepak bola di lapangan.

Bu, apa yang Ibu lakukan sekarang? Sudahkah Ibu istirahat, sudahkah Ibu sejenak mengistirahatkan kaki Ibu? Ah kau memang tak pernah istirahat Bu. Tiap kali kau merebahkan badan, ada saja yang menganggumu (termasuk aku), menanyakan hal-hal kecil, mengadu hal-hal kecil, meminta pertimbangan-pertimbangan. Kau memang muara segala hal Bu. Semuanya akan menjadi ringan bila dilaporkan padamu. Kau selalu menenangkan . Entahlah, mungkin itu senjata yang diberikan Allah pada semua Ibu di muka bumi. Kau tak perlu banyak berkata-kata, kau cukup memandang, dengan wajah teduhmu, dan subhanallah, semuanya terasa ringan kembali. Semuanya seolah bukanlah beban. Semua itu Bu, semuanya, membuat aku bertambah sayang pada Ibu.Aku mencintaimu Bu, walau itu tak pernah terucap. Sama halnya kau tak pernah mengucap kata cinta pada anak-anakmu , tapi aku tahu kau mencintai kami Bu. Kecintaanmu bahkan tak terwakili oleh kata cinta itu sendiri.

Akhirnya hanya itu yang mungkin bisa kuberikan Bu. Semuanya menguap. Aku tergugu. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Terlalu banyak kasih sayangmu yang coba aku ceritakan. Terlalu beragam senyummu yang coba aku terjemahkan. Semuanya terlalu sesak. Tak akan muat dalam lembaran kertas.

Maafkan anakmu ini Bu, karena bahkan sampai sebesar ini masih sering merepotkanmu.

Dan jika waktu bisa berputar ke belakang, sungguh Bu, aku ingin kembali terlahir dari rahimmu.

Sabtu, 23 Juli 2016

Jauhkan Anakmu Dari Kemudahan (Rhenald Kasali)

Hasil gambar untuk kata-kata bijak anak mandiri

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya. Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.
Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.
Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.
Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"
Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya.
Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar. Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.
Panggung Orang Dewasa
Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif.
Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU. Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui.
Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya.
Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, Bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.
Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.
Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.
Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan.
Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: "orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan. "
~ Rhenald Khasali

Sabtu, 14 Mei 2016

Apa Penyebab Buta Warna—Bagaimana Mengatasinya?

Pernahkah Anda membayangkan, bagaimana jika dunia ini hanya memiliki dua variasi warna (hitam dan putih)? Tentu saja ini akan sangat membosankan, warna-warni yang indah dipercaya dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi otak dan bahkan menjadi obat bagi mereka yang stres.

TAHUKAH ANDA, APA YANG MEMBUAT ANDA DAPAT MELIHAT WARNA?

Ini dikarenakan oleh sel kerucut dalam mata yang memiliki 3 jenis sensor penyerap warna merah, hijau, dan biru. Jika salah satu atau seluruh sel kerucut ini rusak, terjadilah buta warna.
Jika hanya dua warna tersebut yang hadir, itu sama saja seperti Anda menonton acara televisi pada layar monokrom (Monochrome).
Lalu, bagaimana dengan mereka yang mengalami buta warna?
Seorang penderita buta warna akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna, ini dikarenakan terganggunya pigmen yang menghasilkan tampilan berwarna pada mata. Penderita biasanya sulit membedakan warna merah dan hijau; atau kuning dan biru.
Pada kasus yang parah, penderitanya bahkan hanya dapat melihat warna putih, hitam, dan abu-abu—kondisi ini disebut Achromatopsia. Laporan berdasarkan healthline.com memberikan fakta unik dan mengatakan bahwa buta warna cenderung menimpa pria, sedangkan wanita dicurigai sebagai pembawa kromosom yang menyebabkan buta warna.
American Optometric Association memperkuat dugaan ini dengan menyebutkan, ada sekitar 8% pria kulit putih yang lahir dengan kondisi buta warna dan 0.5% pada wanita. Walaupun seringkali disebabkan oleh cacat genetika, buta warna juga dapat terjadi pada Anda yang penglihatannya normal. Hal ini terjadi karena penyakit yang merusak sistem saraf optik ataupun retina Anda.
Penyakit apa sajakah yang dapat membuat kerusakan pada saraf optik Anda?Pengaruh dari penyakit glukoma menyebabkan tekanan pada saraf optik, sehingga berpengaruh terhadap warna biru dan kuning. Ada juga degenerasi makula dan diabetes retinopati yang menyebabkan kerusakan pada retina.
Katarak juga dapat menyebabkan buramnya penglihatan dan ketidakjelasan warna. Parkinson, Alzheimer, dan Multiple sclerosis adalah penyakit yang juga mengakibatkan buta warna.
Selain faktor penyakit dan keturunan yang menyebabkan buta warna, Anda juga perlu waspada jika mengonsumsi obat-obatan seperti anti-psikotik.
Penggunaan antibiotik (Myambutol) yang biasa digunakan oleh penderita TBC(Tuberculosis) juga menyebabkan gangguan mata tersebut. Halnya sama untuk obat-obatan bagi penderita jantung, tekanan darah, dan rheumatoid arthritis.
Sebenarnya deteksi sejak dini dapat membantu Anda menangani gangguan buta warna ini, misalnya pada saat Anda mengenalkan warna pada anak-anak. Pada orang dewasa dapat ditemukan sewaktu melihat rambu lalu lintas, mereka akan sulit membedakan warna tersebut.
Jika Hal ini terjadi, cobalah berkonsultasi dengan Optometrists (dokter mata) sehingga pembuatan lensa khusus dapat di proses guna membantu penglihatan Anda. Buta warna tidak dapat dihilangkan secara tuntas, beberapa cara seperti menghafal posisi suatu benda juga sering digunakan sebagai metode dalam menangani buta warna.

Belajar Blind Colour (Tes Buta Warna)

12

8

29

6

57

5

15

3

74

2

6

97

45

5

7

16

73

?

?

?

26

?

42

35

96














Fahmidol (Cover) Surat Cinta Untuk Starla

Ya ini awalnya gua iseng-iseng bikin cover lagu buat 'someone' (tapi Someonenya 'nothing' :D)
ya mau diapain dah, intinya sih gua gak ada kerjaan dan mencoba buat eksis di tulisan gue kali ini.
eh iya Buat Elo dehh :D yang sekarang (hari ini) lagi ........ :D #kerassss
Peace Fans :v



Rabu, 11 Mei 2016

Color Blind Test - Ishihara 24 Plates / Tes Buta Warna - Ishihara 24 Kartu 

Color Blind Test - Ishihara 24 Plates / Tes Buta Warna - Ishihara 24 Kartu

 
 
 
Both normal and those with all colour vision deficiencies should read the number 12
Baik normal maupun Buta Warna dapat membaca angka 12
 
Normal vision should read the number 8. Red-green deficiencies should read the number 3.
Total colour blindness should not read any numeral.
Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 8. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 3. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.
  
Normal vision should read the number 29. Red-green deficiencies should read the number 70.
Total colour blindness should not read any numeral.
Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 29. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 70. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.

 

  
Those with normal colour vision should read the number 3. Those with red-green colour vision deficiencies should read the number 5. Total colour blindness should not be able to read any numeral.
Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 3. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 5. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.
 
Normal colour vision should read the number 5. Red-Green colour deficiencies should read the number 2.
Total colour blindness should not be able toread any numeral. Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 5. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 2. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.



Normal colour vision should read the number 15. Red-Green deficiencies should read the number 17.
Total colour blindness should not be able to read any numeral. Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 15. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 17. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.
Normal colour vision should read the number 74. Red-Green colour deficiencies should read the number 21.
Total colour blindness should not be able toread any numeral. Mereka dengan penglihatan warna normal membaca angka 74. Mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 21. Buta warna total tidak dapat membaca angka apapun.
Normal colour vision should read the number 6.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 6.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.
Normal colour vision should read the number 45.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 45.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.
Normal colour vision should read the number 5.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 5.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.
Normal colour vision should read the number 7.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 7.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.

Normal colour vision should read the number 16.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 16.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.


Normal colour vision should read the number 17.
The majority of those with colour vision deficiencies cannot read this number or will read it incorrectly.
Penglihatan warna normal membaca angka 17.Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat membaca nomor ini atau akan membacanya salah.

Normal colour vision and those with total colour blindness should not be able to read any number.
The majority of those with red-green deficiencies should read the number 5.
 Mata normal dan mereka yang buta warna total seharusnya tidak dapat membaca nomor apapun.Mayoritas mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 5.

Normal colour vision and those with total colour blindness should not be able to read any number.
The majority of those with red-green deficiencies should read the number 45.
 Mata normal dan mereka yang buta warna total seharusnya tidak dapat membaca nomor apapun.Mayoritas mereka dengan Buta warna merah-hijau membaca angka 45.

Normal colour vision should read the number 26.
In protanopia and strong protanomalia the number 6 is read and in mild protanomalia both numerals are read but the number 6 is clearer than the number 2.
In deuteranopia and strong deuteranomalia only the number 2 is read and in mild deuteranomalia both the number 2 is clearer than the number 6.
penglihatan warna normal membaca angka 26.Dalam protanopia dan protanomalia kuat terbaca angka 6 dan di protanomalia ringan kedua angka ini terbaca namun angka 6 lebih jelas daripada angka 2.Dalam deuteranomalia dan deuteranopia kuat hanya angka 2 yang terbaca dan di deuteranomalia ringan baik angka 2 lebih jelas daripada nomor 6.

Normal colour vision should read the number 42.
In protanopia and strong protanomalia the number 2 is read and in mild protanomalia both numerals are read but the number 2 is clearer than the number 4.
In deuteranopia and strong deuteranomalia only the number 4 is read and in mild deuteranomalia both the number 4 is clearer than the number 2.
penglihatan warna normal membaca angka 42.Dalam protanopia dan protanomalia kuat terbaca angka 2 dan di protanomalia ringan kedua angka ini terbaca namun angka 2 lebih jelas daripada angka 4.Dalam deuteranomalia dan deuteranopia kuat hanya angka 4 yang terbaca dan di deuteranomalia ringan baik angka 4 lebih jelas daripada nomor 2.

The normal should trace along the purple and red lines between the two X's.
In protanopia and strong protanomalia only the purple line is traced and in mild protanomalia both lines can be traced but the purple line is easier to follow.
In deuteranopia and strong deuteranomalia only the red line is traced and in mild deuteranomalia both lines are traced but the red line is easier to follow.
Normal harus menelusuri sepanjang garis ungu dan merah antara kedua X.Dalam protanopia dan protanomalia kuat hanya garis ungu dilacak dan di protanomalia ringan kedua saluran dapat ditelusuri tetapi garis ungu lebih mudah untuk mengikuti.Dalam deuteranopia dan deuteranomalia kuat hanya garis merah dilacak dan di deuteranomalia ringan kedua baris adalah ditelusuri tetapi garis merah lebih mudah untuk mengikuti.